BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Anak memerlukan bimbingan orang dewasa untuk
mengembangkan perilakunya pengembangan perilaku melalui bimbingan dapat
digambarkan sebagai suatu usaha bagaimana orang dewasa membantu anak – anak mengontrol perilaku dan berani
membuat keputusan mereka.
Disiplin yang positif akan mengembangkan anak pada
sejumlah perilaku yang positif dan memberikan kejelasan terhadap batasan suatu
aturan.
Perilaku anak usia 3-4 masih banyak yang belum dapat
menjaga dirinya dari bahaya, menjaga kesehatannya mengembangkan kesadaran
social dan berinteraksi dengan orang lain, dan masih belum dapat mengendalikan
diri
Anak masih membutuhkan bimbingan dari orang dewasa
di sekelilingnya, agar mereka dapat mengembangkan dirinya kearah yang lebih
baik.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa perilaku anak perlu dikembangkan ?
2. Aspek – aspek apa yang perlu dikembangkan pada anak
usia 3-4 tahun?
3. Apakah yang harus dilakukan untuk pengembangan
perilaku anak ?
C.
TUJUAN
1. Dengan pembuatan makalah ini, penulis dan rekan
rekan satu kelompok, serta pembaca dapat memahami tentang hakikat pengembangan
perilaku anak usia 3-4 tahun.
2. Dengan pembuatan makalah ini, penulis dan rekan
rekan satu kelompok, serta pembaca dapat mengetahui urgensi pengembangan
perilaku anak usia 3-4 tahun
3. Dengan pembuatan makalah ini, penulis dan rekan
rekan satu kelompok, serta pembaca dapat mengetahui pengembangan social
emosional anak usia 3-4 tahun.
4. Dengan pembuatan makalah ini, penulis dan rekan
rekan satu kelompok, serta pembaca dapat mengetahui pengembangan moral dan
nilai agama anak usia 3-4 tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK 3-4 TAHUN
I.
Urgensi dan prinsip pengembangan perilaku anak usia
3-4 tahun.
perilaku anak
usia 3-4 tahun perlu dikembangkan urgensi pengembangan perilaku tersebut, yaitu
:
1.
Anak membutuhkan
bimbingan agar merasa aman.
2.
Anak membutuhkan
bimbingan untuk menjaganya agar tetap sehat dari segi fisik dan emosional.
3.
Anak membutuhkan
bimbingan agar dapat mengembangkan kesadaran social dan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain.
4.
Anak membutuhkan
bimbingan agar dapat mengembangkan konsep diri dan pengendalian diri.
II.
Prinsip
Pengembangan Perilaku Anak usia 3-4 tahun.
1.
Prinsip
pengembangan nilai moral.
a.
Merawat anak
dengan penuh kasih sayang.
Prinsip pertama
dalam mengembangkan perkembangan moral anak adalah : dengan memperlakukan
mereka dengan penuh kasih saying dan penuh ketulusan. Kita akan menjadi seorang
yang penting bagi anak jika mereka merasa dekat dan akrab dengan kita.
b.
Memberikan
banyak kesempatan pada anak untuk bendiskusi dan bernegoisai.
Belajar
bernegoisasi merupakan bagian dari perkembangan moral terutama berkaitan dengan
belajar menghormati orang lain bernegoisasi lebih baik dari pada anak menipu
orang lain proses menipu orang lain sama artinya dengan anak telah mengambil
keuntungan dari orang lain dan hal ini menunjukan rendahnya harga diri anak.
Dalam melakukan
negoisasi, anak akan belajar mengakui kesalahan, mencoba, mengungkapkan
perasaanya, sabar dalam atas kesalahan yang dilakukannya.
c.
Menjelaskan
suatu hal, maka anak perlu dibantu untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya tentang berbagai macam persoalan dan peristiwa yang dihadapinya.
d.
Mendukung anak
untuk bergabung dengan penuh arti dengan anak – anak lainnya.
Ketika anak bermain
bersama teman – temannya anak akan mempelajari nilai-nilai moral, seperti
menghormati orang lain, tidak boleh melukai teman, mentaati peraturan.
e.
Memberikan
kesempatan kepada anak untuk bermain bebas karena akan mendorong anak melihat
segala sesuaatu dari sudut pandang orang lain.
Anak usia 3
tahun memiliki daya imajinasi yang tinggi dalam bermain ketika menjadi orang
lain, anak akan memerankan suatu aturan dan kisah, yang tentu saja membuthkan
konsentrasi terhadap hal – hal yang betul – betul di ingatnya.
2.
Prinsip
Pengembangan Nilai Agama.
Doe dan walch
(1998) mengungkapkan bahwa terdapat 10 prinsip yang sebaiknya diterapkan oleh
orang tua dan guru untuk menumbuhkan nilai agama pada anak, prinsip tersebut
sebaiknya dijadikan.
Sebagai rambu –
rambu ketika menanamkanya pada anak – anak kesepuluh prinsip tersebut adalah :
a.
Ketahuilah bahwa
Tuhan memperhatikan kita.
Kita menyadari
bahwa tuhan akan senantiasa memperhatikan, mencintai dan membimbing langkah
yang kita tempuh, anak akan mengetahui hal ini secara intuitif, jika anak sadar
bahwa mereka juga dicintai dan diperhatikan, anak akan selalu merasa gembira,
damai dan merasa bahwa mereka ada yang menemani.
Cara yang dapat
dilakukan agar kita dan anak merasa bahwa Tuhan senantiasa memperhatikan kita,
antara lain.
1.
Tumbuhkan
kebiasaan ritual dan spiritual, setiap hari.
2.
Luangkan waktu
untuk meditasi, merenung kehidupan.
b.
Peracaya dan
ajarkan bahwa semua kehidupan berhubungan dan bertujuan.
Setiap kehidupan
selalu memiliki keterakaitan antara satu dengan lainya dengan menyadari bahwa
kita saling bergantung dan berhubungan maka kita akan menghargai keberadaan orang lain dan menghormatinya.
c.
Simak apa kata
anak.
Sebagai orang
dewasa, kita sebaiknya menyimak apa yang disampaikan oleh anak dari pada kita
yang lebih banyak memberikan ceramah yang bersifat menggurui.
Kita sebaiknya
belajar menyimak anak dengan cara :
1)
Menghormati
intuisi anak.
2)
Dengarkanlah
do’a yang dipanjatkan oleh anak, tanpa perlu mengomentarinya.
d.
Gunakan kata –
kata dengan hati – hati.
Kata – kata yang
baik dan positif akan membantu menguatkan dan memupuk jiwa anak. Beberapa
gagasan yang dapat dilakukan untuk menggunakan kata – kata, antara lain :
1)
Menulis jurnal
atau puisi tentang segala sesuatu yang membuat anak bahagia karena karunia
tuhan.
2)
Ajak anak
membuat do’a dengan kata – kata mereka sendiri.
e.
Izinkan dan
berilah dorongan terhadap impian, keinginan, dan harapan anak.
Imajinasi anak
yang tinggi pada masa 3-4 tahun akan membuat kehidpuan mereka penuh dengan
impian, keinginan dan harapan, ketika hal ini merupakan pintu gerbang bagi anak
– anak untuk menemukan kesejatian dalam
hidup mereka. Kita sebaiknya membantu anak dan menamai anak, memohon kepada
tuhan untuk mendapat bimbingan dalam mencapai impianya.
f.
Berilah sentuhan
keajaiban paa hal – hal biasa menentukan keajaiban pada hal – hal rutin yang
biasanya kita kerjakan akan memberikan suatu kenangan tersendiri bagi anak.
Banyak cara yang
dapat kita lakukan untuk mengambil hal – hal yang biasa menjadi lebih indah
dari biasanya dengan cara :
1)
Temukan keindahan
setiap hari
2)
Ciptakan ritual,
perayaan dan upacara, seperti membiasakan sholat berjamaah dan membacakan
cerita setelah sholat Isya (muslim)
3)
Ciptakan
persatuan dalam struktur yang luwes.
g.
Peraturan yang
luwes yang tidak kaku akan membantu anak menjaga keseimbangan dari rasa aman
dan mandiri.
h.
Jadilah cermin
positif bagi anak.
Jika kita siap
menjadi cermin positif bagi anak maka kita harus siap menunjukan contoh kepada
anak bagaimana nilai – nilai agama menyatu dalam kehidupan kita sehari – hari.
i.
Lepaskan
pergulatan yang menekan.
Perasaan yang
tenang dan damai ini sangat membantu dalam berhadapan dengan – anak sehingga kita tidak mudah emosional dan dapat
menrima perbedaan yang ada dalam diri setiap anak.
j.
Jadikan setiap
hari sebagai sebuah awal yang baru.
Hidup adalah
rangkaian dari awal hingga akhir yang terus berlanjut dan tidak pernah selesai,
setiap hari akan ditemukan masalah, keceriaan dan pengalaman yang berbeda.
3.
Prinsip
pengembangan social – emosional.
Tujuannya adalah
untuk menanamkan disiplin tanggung jawab dan kesehatan emsional anak.
a.
Sadari persaan
sendiri dan perasaan orang lain.
Sesadaran
terhadap perasaan diri sendiri akan mempengaruhi cara bertindak kepada orang
lain.
Jika sedih
biasanya akan cenderung menarik diri, sementara jika merasa senang akan
menebarkan kegembiraan keapda orang lain.
Kesadaran
terhadap kondisi diri sangat diperlukan karena pendidikan akan bermain dan
belajar bersama anak usia 3-4 tahun.
b.
Tunjukan
empati dan pahami cara pandang orang
lain atur dan atasi dan dengan positif gojolak emosional dan prilaku.
Mencoba memahami
perasaan anak merupakan bagian penting dalam mengembangkan kepekaan terhadap
anak pendidik harus belajar mendengarkan dan membaca isarat – isarat menuerbal
(seperti gerak tubuh, mimik muka) yang dimunculkan oleh anak, selain itu
berimpati kepada orang lain dan juga anak.
c.
Berorentasi pada
tujuan dan rencana positif.
Teori kecerdasan
emosional memaparkan bahwa hal tersebut memiliki implikasi yang penting.
1)
Harus mengakui
kekuatan ampuh optimism dan harapan karena keadaan positif dalam diri kita akan
mempengaruhi pikiran , perasaan di tubuh.
2)
Menyadari dalam
berusaha mencapai tujuan dalam penetapan dan perncanaan tujuan.
d.
Gunakan
kecakapan social positif dalam membina hubungan.
Pendidikan harus
menguasai kemampuan mengendalikan diri jika berhadapan dengan anak, menunjukan
empati belajar berkomunikasi dengan memecahkan masalah sesuai karakter anak.
BAB III
PENGEMBANGAN
MORAL, NILAI AGAMA, DAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 3-4 TAHUN
A.
PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI AGAMA
1.
Pengembangan Moral Anak Usia 3-4 Tahun
Tahun Piaget menyatakan bahwa anak dalam
rentangan usia 4-7 Tahun masih berada pada Tahap Realisme Moral, adapun menurut
pendapat Kolhberg, anak masih berada dalam Tahap Moralitas Prakonvensional.
Tahap moralitas prakonvensional memiliki dua subtahapan, yaitu :
Pertama, perilaku anak masih berorientasi pada kepatuhan dan
hukuman.
Kedua, anak mulai
melakukan penyesuaian terhadap harapan social untuk memperoleh penghargaan.
2.
Pengembangan Nilai Agama Usia 3-4 Tahun.
Keberminatan anak
terhadap agama sudah mulai muncul pada masa rentang usia 3-4 tahun. Rasa ingin
tahu anak terhadap agama biasanya muncul melalui banyak pertanyaan yang
berkaitan dengan agama. Sepanjang periode kehidupannya, seseorang akan melewati
tiga tahap perkembangan beragama. Menurut Ernest Harms, tiga tahapan
perkembangan beragama tersebut, yaitu (a) Tahap Dongeng (The Firy Tale Stoge), (b) Tahap kenyataan (The Realistic Stage), (c) tahap Individual (The Indiviudal Stage).
Konsep perkembangan
nilai agama pada masa kanak – kanak ditandai dengan karakteristik sebagai
berikut.
a.
Kurang
mendalam/tanpa kritik (unreflective)
Anak menerima
begitu saja pemahaman tentang konsep agama tanpa disertai dengan pemahaman yang
mendalam.
b.
Egosentris
Anak memandang
konsep keagamaan harus dapat memenuhi kesenangan pribadinya.
c.
Anthromorphis.
Anak
menggambarkan bahwa keadaan Tuhan sama dengan manusia.
d.
Verbalis dan
ritualis
Anak mengenal
konsep keagamaan melalui kegiatan menghafal kalimat – kalimat agamis yang sering
kali dibaca oleh orang dewasa.
e.
Imitative
Anak senang
sekali meniru kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa karena mereka adalah
peniru yang ulung.
f.
Rasa heran.
Rasa heran
muncul dari dalam diri anak kaena mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang
hal – hal yang baru yang mereka dengar melalui cerita ataupun film yang mereka
tonton yang berkaitan dengan penanaman nilai agama.
Ulwan
menguraikan lima metode yang dapat dikembangkan untuk mempersiapkan anak agar
anak mencapai kematangan dalam nilai agama dan moral, yaitu sebagai berikut.
a.
Pendidikan
dengan keteladanaan
b.
Pendidikan
dengan pembiasaan
c.
Pendidikan
dengan nasihat
d.
Pendidikan
dengan memberi perhatian
e.
Pendidikan
dengan memberi hukuman
B.
PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL
1.
Pengembangan Sosial
Pengembangan social anak prasekolah ditandai dengan
bermulanya perkembangan persahabatan.
Kemampuan anak untuk memulai dan menjaga
persahabatan mereka ini mengisyaratkan kepada kita bahwa anak memiliki
preferensi social (social preference) atau
dengan kata lain anak sudah mulai memiliki kecenderungan untuk memilih teman
bermainnya.
Erik erikson (1902-1994) yang menyumbangkan
permikirannya mengenai 8 tahapan perkembangan psikosoial mengemukakan bahwa
anak usia prasekolah (3-5 tahun) berada dalam tahap ketiga, yaitu Tahap Prakarsa/Insiatif dan Rasa Bersalah.
Inisiatif tersebut dipergunakan oleh anak untuk
mencapai berbagai macam tujuan yang diinginkannya.
Secara lebih terperinci, Dodge, Colker, ddk (2002)
menjabarkan rangkaian perkembangan social (social
developmental continuum) yang utuh pada anak usia 3-5 tahun pada tebel
berikut
Tabel 3.1
Tabel Aspek Perkembangan Sosial;
Tanggung Jawab terhadap Diri dan Orang lain.
Tujuan
Pengembangan
|
Rangkaian Perkembangan
(3-5Tahun)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Menunjukkan
inisitaf sendiri dan kebebasan
|
Menyatakan
tujuan ketbutuhan dan keinginannya
|
Memilih dan
menjadi lebih terlibat dalam suatu aktivitas
|
Menyelesaikan
tugas yang lebih rumit
|
Menyelesaikan
dan mengerjakan tugas pilihannya sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
|
Menerima tanggung
jawab pribadi denganbaik
|
Mengizinkan
orang dewasa untuk merawat kebutuhan pribadinya, seperti memakai baju atau
mencuci tangan tanpa peralawanan
|
Menggunakan
kemampuan menolong diri sendiri dengan sekali – kali diingatkan.
|
Menggunakan
kemampuan menolong diri sendiri dan berpartisipasi dalam pekerjaan tanpa
perlu diingatkan
|
Mengerti
pentingnya kemampuan menolong diri sendiri dan perang dirinya dalam kehidupan
yang sehat.
|
Menghormati
dan merawat lingkungan dan peralatan di dalam kelas
|
Menggunakan dan
mengeksplorasi peralatan dalam jangka waktu singkat dengan bantuan orang
dewasa
|
Menggunakan
permainan dengan cara yang banyak
|
Memindahkan
benda yang tidak diperlukan sebelum memulai aktivitas selanjutnya
|
Mulai
menunjukan tanggung jawab merawat lingkungan kelas.
|
Mengikuti
aktivitas rutin dalam kelas
|
Bersedia
mengikuti perpindah alur kegiatan
|
Berpartisipasi
dalam kegiatan di dalam kelas
|
Mengerti dan
mengikuti tata cara di dalam kelas tanpa paksaan
|
Mengikuti
mengerti tujuan tata cara di dalam kelas.
|
Mematuhi
peraturan di dalam kelas
|
Mengikuti
arahan sederhana dan batas waktu yang diberitahukan oleh orang dewasa
|
Mengikuti
aturan dalam kelas dengan diingatkan
|
Mengerti dan
mengikuti peraturan di dalam kelas tanpa perlu diinginkan
|
Mengikuti
dan mengerti alasan peraturan di dalam kelas
|
2.
Pengembangan Emosional
Hurlock mendeskripsikan anak – anak pada masa kanak
– kanak awal (3-5 tahun) cenderung menunjukkan emosi, seperti marah, takut,
cemburu ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang dengan latar
belakang sebagai berikut :
a.
Marah
b.
Cemburu
c.
Iri hati
d.
Sedih
e.
Takut
f.
Ingin tahu
g.
Kasih sayang
h.
gembira
BAB IV
KESIMPULAN
Perilaku anak usia 3-4 tahun perlu
dikembangkan. Menurut Bruce, seorang pendidikan dinyatakan membant anak
didiknya dalam menanamkan nilai moral jika dia melakukan hal – hal merawat anak
dengan penuh kasih sayang, memberikan banyak kesempatan pada anak untuk diskusi
dan bernegosiasi, anak memerlukan kedekatan perasaan, kepercayaan.
Prinsip Spiritual Parenting yang
dapat dijadikan prinsip dalam penanaman nilai agama, yaitu (a) ketahuilah bahwa
tuhan memperhatikan kita; (b) percaya dan ajarkan bahwa semua kehidupan
berhubungan dan bertujuan; (c) simak.
Tahapan perkembangan moral anak – usia
3-4 tahun
a.
Menurut Piaget,
anak berada dalam tahap realism moral
b.
Menurut Kohlberg,
anak berada dalam tahap moralitas prakonvensional.
Menurut Ernest Harm, anak melewati tiga
tahapan perkembangan sikap beragama, yaitu (a) tahap dongeng, (b) tahap
kenyataan,dan (c) tahap individual.
DAFTAR PUSTAKA
Bruce,
Tina. (2000). Early Childhood Education, London
:Hoddu Stoughton.
Conger,
Flora Stabler dan Irene B. Rose. (1995). Child
Care Aide Sydney:Mc Graw Hill Book Company.
Dodge.
Dianne Trister, Laura J. Colker, et al. (2002). The Curriculum for preschool. 4 th ed. Washington DC:
Teaching Strateg
Doe,
Mimi dan Marsha Walch. (1998). 10 Prinsip
Spiritual Parer Bagaimana Menumbuhkan dan Merawat “Sukma” anak – anak (terj). Bandung:Kaifa.
Driscoll,
Amy dan Nancy G. Negel. (2005). Early Childhood Education Birth-8: the World Of Children Families and
Educators. BG Pearson.
Elias,
Maurice J, Steven E. Tobias, Brian S. Friedlander. (2000). Cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ (Terj). Bandung: Kaifa.
Hurlock,
Elizabeth. (1996). Perkembangan Anak,
Edisi ke 6. Jilid 2 jakarta:Erlangga.
Santrock,
John W. (2002). Life-Span
Development:Perkembangan hidup.Edisi 5 jilid 1 (terj). Jakarta:Erlangga.
Ulwan,
Abdullah Nashih. Pedoman Pendidikan Anak
dalam islam jilid 2. Semarang: Asy- Syifa.
Belum ada tanggapan untuk "HAKIKAT PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK 3-4 TAHUN"
Post a Comment