Friday, 8 January 2016

HAKIKAT PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK 3-4 TAHUN


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Anak memerlukan bimbingan orang dewasa untuk mengembangkan perilakunya pengembangan perilaku melalui bimbingan dapat digambarkan sebagai suatu usaha bagaimana orang dewasa membantu   anak – anak mengontrol perilaku dan berani membuat keputusan mereka.
Disiplin yang positif akan mengembangkan anak pada sejumlah perilaku yang positif dan memberikan kejelasan terhadap batasan suatu aturan.
Perilaku anak usia 3-4 masih banyak yang belum dapat menjaga dirinya dari bahaya, menjaga kesehatannya mengembangkan kesadaran social dan berinteraksi dengan orang lain, dan masih belum dapat mengendalikan diri
Anak masih membutuhkan bimbingan dari orang dewasa di sekelilingnya, agar mereka dapat mengembangkan dirinya kearah yang lebih baik.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Mengapa perilaku anak perlu dikembangkan ?
2.      Aspek – aspek apa yang perlu dikembangkan pada anak usia 3-4 tahun?
3.      Apakah yang harus dilakukan untuk pengembangan perilaku anak ?

C.    TUJUAN
1.      Dengan pembuatan makalah ini, penulis dan rekan rekan satu kelompok, serta pembaca dapat memahami tentang hakikat pengembangan perilaku anak usia 3-4 tahun.
2.      Dengan pembuatan makalah ini, penulis dan rekan rekan satu kelompok, serta pembaca dapat mengetahui urgensi pengembangan perilaku anak usia 3-4 tahun
3.      Dengan pembuatan makalah ini, penulis dan rekan rekan satu kelompok, serta pembaca dapat mengetahui pengembangan social emosional anak usia 3-4 tahun.
4.      Dengan pembuatan makalah ini, penulis dan rekan rekan satu kelompok, serta pembaca dapat mengetahui pengembangan moral dan nilai agama anak usia 3-4 tahun.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    HAKIKAT PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK 3-4 TAHUN
              I.       Urgensi dan prinsip pengembangan perilaku anak usia 3-4 tahun.
perilaku anak usia 3-4 tahun perlu dikembangkan urgensi pengembangan perilaku tersebut, yaitu :
1.      Anak membutuhkan bimbingan agar merasa aman.
2.      Anak membutuhkan bimbingan untuk menjaganya agar tetap sehat dari segi fisik dan emosional.
3.      Anak membutuhkan bimbingan agar dapat mengembangkan kesadaran social dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
4.      Anak membutuhkan bimbingan agar dapat mengembangkan konsep diri dan pengendalian diri.
           II.       Prinsip  Pengembangan Perilaku Anak usia 3-4 tahun.
1.      Prinsip pengembangan nilai moral.
a.       Merawat anak dengan penuh kasih sayang.
Prinsip pertama dalam mengembangkan perkembangan moral anak adalah : dengan memperlakukan mereka dengan penuh kasih saying dan penuh ketulusan. Kita akan menjadi seorang yang penting bagi anak jika mereka merasa dekat dan akrab dengan kita.
b.      Memberikan banyak kesempatan pada anak untuk bendiskusi dan bernegoisai.
Belajar bernegoisasi merupakan bagian dari perkembangan moral terutama berkaitan dengan belajar menghormati orang lain bernegoisasi lebih baik dari pada anak menipu orang lain proses menipu orang lain sama artinya dengan anak telah mengambil keuntungan dari orang lain dan hal ini menunjukan rendahnya harga diri anak.
Dalam melakukan negoisasi, anak akan belajar mengakui kesalahan, mencoba, mengungkapkan perasaanya, sabar dalam atas kesalahan yang dilakukannya.
c.       Menjelaskan suatu hal, maka anak perlu dibantu untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya tentang berbagai macam persoalan dan peristiwa yang dihadapinya.
d.      Mendukung anak untuk bergabung dengan penuh arti dengan anak – anak lainnya.
Ketika anak bermain bersama teman – temannya anak akan mempelajari nilai-nilai moral, seperti menghormati orang lain, tidak boleh melukai teman, mentaati peraturan.
e.       Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain bebas karena akan mendorong anak melihat segala sesuaatu dari sudut pandang orang lain.
Anak usia 3 tahun memiliki daya imajinasi yang tinggi dalam bermain ketika menjadi orang lain, anak akan memerankan suatu aturan dan kisah, yang tentu saja membuthkan konsentrasi terhadap hal – hal yang betul – betul di ingatnya.
2.      Prinsip Pengembangan Nilai Agama.
Doe dan walch (1998) mengungkapkan bahwa terdapat 10 prinsip yang sebaiknya diterapkan oleh orang tua dan guru untuk menumbuhkan nilai agama pada anak, prinsip tersebut sebaiknya dijadikan.
Sebagai rambu – rambu ketika menanamkanya pada anak – anak kesepuluh prinsip tersebut adalah :
a.       Ketahuilah bahwa Tuhan memperhatikan kita.
Kita menyadari bahwa tuhan akan senantiasa memperhatikan, mencintai dan membimbing langkah yang kita tempuh, anak akan mengetahui hal ini secara intuitif, jika anak sadar bahwa mereka juga dicintai dan diperhatikan, anak akan selalu merasa gembira, damai dan merasa bahwa mereka ada yang menemani.
Cara yang dapat dilakukan agar kita dan anak merasa bahwa Tuhan senantiasa memperhatikan kita, antara lain.
1.      Tumbuhkan kebiasaan ritual dan spiritual, setiap hari.
2.      Luangkan waktu untuk meditasi, merenung kehidupan.
b.      Peracaya dan ajarkan bahwa semua kehidupan berhubungan dan bertujuan.
Setiap kehidupan selalu memiliki keterakaitan antara satu dengan lainya dengan menyadari bahwa kita saling bergantung dan berhubungan maka kita akan menghargai  keberadaan orang lain dan menghormatinya.
c.       Simak apa kata anak.
Sebagai orang dewasa, kita sebaiknya menyimak apa yang disampaikan oleh anak dari pada kita yang lebih banyak memberikan ceramah yang bersifat menggurui.
Kita sebaiknya belajar menyimak anak dengan cara :
1)      Menghormati intuisi anak.
2)      Dengarkanlah do’a yang dipanjatkan oleh anak, tanpa perlu mengomentarinya.
d.      Gunakan kata – kata dengan hati – hati.
Kata – kata yang baik dan positif akan membantu menguatkan dan memupuk jiwa anak. Beberapa gagasan yang dapat dilakukan untuk menggunakan kata – kata, antara lain :
1)      Menulis jurnal atau puisi tentang segala sesuatu yang membuat anak bahagia karena karunia tuhan.
2)      Ajak anak membuat do’a dengan kata – kata mereka sendiri.
e.       Izinkan dan berilah dorongan terhadap impian, keinginan, dan harapan anak.
Imajinasi anak yang tinggi pada masa 3-4 tahun akan membuat kehidpuan mereka penuh dengan impian, keinginan dan harapan, ketika hal ini merupakan pintu gerbang bagi anak – anak untuk menemukan kesejatian  dalam hidup mereka. Kita sebaiknya membantu anak dan menamai anak, memohon kepada tuhan untuk mendapat bimbingan dalam mencapai impianya.
f.       Berilah sentuhan keajaiban paa hal – hal biasa menentukan keajaiban pada hal – hal rutin yang biasanya kita kerjakan akan memberikan suatu kenangan tersendiri bagi anak.
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengambil hal – hal yang biasa menjadi lebih indah dari biasanya dengan cara :
1)      Temukan keindahan setiap hari
2)      Ciptakan ritual, perayaan dan upacara, seperti membiasakan sholat berjamaah dan membacakan cerita setelah sholat Isya (muslim)
3)      Ciptakan persatuan dalam struktur yang luwes.
g.      Peraturan yang luwes yang tidak kaku akan membantu anak menjaga keseimbangan dari rasa aman dan mandiri.
h.      Jadilah cermin positif bagi anak.
Jika kita siap menjadi cermin positif bagi anak maka kita harus siap menunjukan contoh kepada anak bagaimana nilai – nilai agama menyatu dalam kehidupan kita sehari – hari.
i.        Lepaskan pergulatan yang menekan.
Perasaan yang tenang dan damai ini sangat membantu dalam berhadapan dengan – anak  sehingga kita tidak mudah emosional dan dapat menrima perbedaan yang ada dalam diri setiap anak.
j.        Jadikan setiap hari sebagai sebuah awal yang baru.
Hidup adalah rangkaian dari awal hingga akhir yang terus berlanjut dan tidak pernah selesai, setiap hari akan ditemukan masalah, keceriaan dan pengalaman yang berbeda.
3.      Prinsip pengembangan social – emosional.
Tujuannya adalah untuk menanamkan disiplin tanggung jawab dan kesehatan emsional anak.
a.       Sadari persaan sendiri dan perasaan orang lain.
Sesadaran terhadap perasaan diri sendiri akan mempengaruhi cara bertindak kepada orang lain.
Jika sedih biasanya akan cenderung menarik diri, sementara jika merasa senang akan menebarkan kegembiraan keapda orang lain.
Kesadaran terhadap kondisi diri sangat diperlukan karena pendidikan akan bermain dan belajar bersama anak usia 3-4 tahun.
b.      Tunjukan empati  dan pahami cara pandang orang lain atur dan atasi dan dengan positif gojolak emosional dan prilaku.
Mencoba memahami perasaan anak merupakan bagian penting dalam mengembangkan kepekaan terhadap anak pendidik harus belajar mendengarkan dan membaca isarat – isarat menuerbal (seperti gerak tubuh, mimik muka) yang dimunculkan oleh anak, selain itu berimpati kepada orang lain dan juga anak.
c.       Berorentasi pada tujuan dan rencana positif.
Teori kecerdasan emosional memaparkan bahwa hal tersebut memiliki implikasi yang penting.
1)      Harus mengakui kekuatan ampuh optimism dan harapan karena keadaan positif dalam diri kita akan mempengaruhi pikiran , perasaan di tubuh.
2)      Menyadari dalam berusaha mencapai tujuan dalam penetapan dan perncanaan tujuan.
d.      Gunakan kecakapan social positif dalam membina hubungan.
Pendidikan harus menguasai kemampuan mengendalikan diri jika berhadapan dengan anak, menunjukan empati belajar berkomunikasi dengan memecahkan masalah sesuai karakter anak.


BAB III
PENGEMBANGAN MORAL, NILAI AGAMA, DAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 3-4 TAHUN

A.    PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI AGAMA
1.      Pengembangan Moral Anak Usia 3-4 Tahun
 Tahun Piaget menyatakan bahwa anak dalam rentangan usia 4-7 Tahun masih berada pada Tahap Realisme Moral, adapun menurut pendapat Kolhberg, anak masih berada dalam Tahap Moralitas Prakonvensional. Tahap moralitas prakonvensional memiliki dua subtahapan, yaitu :
Pertama, perilaku anak masih berorientasi pada kepatuhan dan hukuman.
Kedua,  anak mulai melakukan penyesuaian terhadap harapan social untuk memperoleh penghargaan.
2.      Pengembangan Nilai Agama Usia 3-4 Tahun.
Keberminatan anak terhadap agama sudah mulai muncul pada masa rentang usia 3-4 tahun. Rasa ingin tahu anak terhadap agama biasanya muncul melalui banyak pertanyaan yang berkaitan dengan agama. Sepanjang periode kehidupannya, seseorang akan melewati tiga tahap perkembangan beragama. Menurut Ernest Harms, tiga tahapan perkembangan beragama tersebut, yaitu (a) Tahap Dongeng (The Firy Tale Stoge), (b) Tahap kenyataan (The Realistic Stage), (c) tahap Individual (The Indiviudal Stage).
Konsep perkembangan nilai agama pada masa kanak – kanak ditandai dengan karakteristik sebagai berikut.
a.       Kurang mendalam/tanpa kritik (unreflective)
Anak menerima begitu saja pemahaman tentang konsep agama tanpa disertai dengan pemahaman yang mendalam.
b.      Egosentris
Anak memandang konsep keagamaan harus dapat memenuhi kesenangan pribadinya.
c.       Anthromorphis.
Anak menggambarkan bahwa keadaan Tuhan sama dengan manusia.
d.      Verbalis dan ritualis
Anak mengenal konsep keagamaan melalui kegiatan menghafal kalimat – kalimat agamis yang sering kali dibaca oleh orang dewasa.
e.       Imitative
Anak senang sekali meniru kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa karena mereka adalah peniru yang ulung.
f.       Rasa heran.
Rasa heran muncul dari dalam diri anak kaena mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang hal – hal yang baru yang mereka dengar melalui cerita ataupun film yang mereka tonton yang berkaitan dengan penanaman nilai agama.
Ulwan menguraikan lima metode yang dapat dikembangkan untuk mempersiapkan anak agar anak mencapai kematangan dalam nilai agama dan moral, yaitu sebagai berikut.
a.       Pendidikan dengan keteladanaan
b.      Pendidikan dengan pembiasaan
c.       Pendidikan dengan nasihat
d.      Pendidikan dengan memberi perhatian
e.       Pendidikan dengan memberi hukuman
B.     PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL
1.      Pengembangan Sosial
Pengembangan social anak prasekolah ditandai dengan bermulanya perkembangan persahabatan.
Kemampuan anak untuk memulai dan menjaga persahabatan mereka ini mengisyaratkan kepada kita bahwa anak memiliki preferensi social (social preference) atau dengan kata lain anak sudah mulai memiliki kecenderungan untuk memilih teman bermainnya.
Erik erikson (1902-1994) yang menyumbangkan permikirannya mengenai 8 tahapan perkembangan psikosoial mengemukakan bahwa anak usia prasekolah (3-5 tahun) berada dalam tahap ketiga, yaitu Tahap Prakarsa/Insiatif dan Rasa Bersalah.
Inisiatif tersebut dipergunakan oleh anak untuk mencapai berbagai macam tujuan yang diinginkannya.
Secara lebih terperinci, Dodge, Colker, ddk (2002) menjabarkan rangkaian perkembangan social (social developmental continuum) yang utuh pada anak usia 3-5 tahun pada tebel berikut

Tabel 3.1
Tabel Aspek Perkembangan Sosial;
Tanggung Jawab terhadap Diri dan Orang lain.
Tujuan
Pengembangan
Rangkaian Perkembangan (3-5Tahun)
1
2
3
4
Menunjukkan inisitaf sendiri dan kebebasan
Menyatakan tujuan ketbutuhan dan keinginannya
Memilih dan menjadi lebih terlibat dalam suatu aktivitas
Menyelesaikan tugas yang lebih rumit
Menyelesaikan dan mengerjakan tugas pilihannya sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
Menerima tanggung jawab pribadi denganbaik
Mengizinkan orang dewasa untuk merawat kebutuhan pribadinya, seperti memakai baju atau mencuci tangan tanpa peralawanan
Menggunakan kemampuan menolong diri sendiri dengan sekali – kali diingatkan.
Menggunakan kemampuan menolong diri sendiri dan berpartisipasi dalam pekerjaan tanpa perlu diingatkan
Mengerti pentingnya kemampuan menolong diri sendiri dan perang dirinya dalam kehidupan yang sehat.
Menghormati dan merawat lingkungan dan peralatan di dalam kelas
Menggunakan dan mengeksplorasi peralatan dalam jangka waktu singkat dengan bantuan orang dewasa
Menggunakan permainan dengan cara yang banyak
Memindahkan benda yang tidak diperlukan sebelum memulai aktivitas selanjutnya
Mulai menunjukan tanggung jawab merawat lingkungan kelas.
Mengikuti aktivitas rutin dalam kelas
Bersedia mengikuti perpindah alur kegiatan
Berpartisipasi dalam kegiatan di dalam kelas
Mengerti dan mengikuti tata cara di dalam kelas tanpa paksaan
Mengikuti mengerti tujuan tata cara di dalam kelas.
Mematuhi peraturan di dalam kelas
Mengikuti arahan sederhana dan batas waktu yang diberitahukan oleh orang dewasa
Mengikuti aturan dalam kelas dengan diingatkan
Mengerti dan mengikuti peraturan di dalam kelas tanpa perlu diinginkan
Mengikuti dan mengerti alasan peraturan di dalam kelas

2.      Pengembangan Emosional
Hurlock mendeskripsikan anak – anak pada masa kanak – kanak awal (3-5 tahun) cenderung menunjukkan emosi, seperti marah, takut, cemburu ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang dengan latar belakang sebagai berikut :
a.       Marah
b.      Cemburu
c.       Iri hati
d.      Sedih
e.       Takut
f.       Ingin tahu
g.      Kasih sayang
h.      gembira


BAB IV
KESIMPULAN
Perilaku anak usia 3-4 tahun perlu dikembangkan. Menurut Bruce, seorang pendidikan dinyatakan membant anak didiknya dalam menanamkan nilai moral jika dia melakukan hal – hal merawat anak dengan penuh kasih sayang, memberikan banyak kesempatan pada anak untuk diskusi dan bernegosiasi, anak memerlukan kedekatan perasaan, kepercayaan.
Prinsip Spiritual Parenting  yang dapat dijadikan prinsip dalam penanaman nilai agama, yaitu (a) ketahuilah bahwa tuhan memperhatikan kita; (b) percaya dan ajarkan bahwa semua kehidupan berhubungan dan bertujuan; (c) simak.
Tahapan perkembangan moral anak – usia 3-4 tahun
a.       Menurut Piaget, anak berada dalam tahap  realism moral
b.      Menurut Kohlberg, anak berada dalam tahap moralitas prakonvensional.
Menurut Ernest Harm, anak melewati tiga tahapan perkembangan sikap beragama, yaitu (a) tahap dongeng, (b) tahap kenyataan,dan (c) tahap individual.


DAFTAR PUSTAKA

Bruce, Tina. (2000). Early Childhood Education, London :Hoddu Stoughton.

Conger, Flora Stabler dan Irene B. Rose. (1995). Child Care Aide Sydney:Mc Graw Hill Book Company.

Dodge. Dianne Trister, Laura J. Colker, et al. (2002). The Curriculum for preschool. 4 th ed. Washington DC: Teaching Strateg

Doe, Mimi dan Marsha Walch. (1998). 10 Prinsip Spiritual Parer Bagaimana Menumbuhkan dan Merawat “Sukma” anak – anak (terj). Bandung:Kaifa.

Driscoll, Amy dan Nancy G. Negel. (2005). Early Childhood Education Birth-8: the World Of Children Families and Educators. BG Pearson.

Elias, Maurice J, Steven E. Tobias, Brian S. Friedlander. (2000). Cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ (Terj).  Bandung: Kaifa.

Hurlock, Elizabeth. (1996). Perkembangan Anak, Edisi ke 6. Jilid 2 jakarta:Erlangga.

Santrock, John W. (2002). Life-Span Development:Perkembangan hidup.Edisi 5 jilid 1 (terj). Jakarta:Erlangga.

Ulwan, Abdullah Nashih. Pedoman Pendidikan Anak dalam islam jilid 2. Semarang: Asy- Syifa.








No comments:

Post a Comment